Komunitas Lokalogi UGM: Tingkatkan Kesadaran dan Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kampus

Komunitas Lokalogi UGM: Tingkatkan Kesadaran dan Pengelolaan Sampah di Lingkungan Kampus

Smallest Font
Largest Font

Wartakomunitas.com | Yogyakarta - Sampah adalah salah satu masalah lingkungan yang terus berkembang seiring dengan pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk dan konsumsi manusia. Meskipun sering dianggap sebagai permasalahan kecil, pengelolaan sampah yang buruk dapat berdampak besar terhadap kesehatan manusia dan kelestarian alam.

Sampah yang tidak terkelola dengan baik dapat mencemari tanah, air, dan udara, serta memengaruhi ekosistem secara keseluruhan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami cara mengelola sampah secara bijak, mulai dari mengurangi, menggunakan kembali, hingga mendaur ulang. Kesadaran kolektif dalam menangani sampah akan berkontribusi pada terciptanya lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan lestari bagi generasi mendatang.

Sampah masih menjadi masalah lingkungan yang signifikan, yang mendorong lahirnya komunitas Lokalogi UGM. Komunitas ini berawal dari kepedulian anggota Pramuka UGM dalam mengelola sampah selama kegiatan mereka. Yudhistira Wiranusa Sumantri, Ketua Lokalogi UGM, menceritakan perjalanan dan visi komunitas ini, yang dibentuk pada tahun 2023 dan mulai fokus pada pengelolaan sampah selama kegiatan Pramuka.

“Pembentukan ini awalnya kami dari Pramuka UGM merasa perlu adanya tindakan nyata terhadap masalah sampah yang kian mengancam,” ucapnya di Kampus UGM, Kamis 5 September 2024. 

Pada tanggal 5 Juni 2024, Lokalogi resmi diluncurkan dalam sebuah acara yang berlangsung di Balairung UGM, bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup. Acara tersebut turut dihadiri oleh Direktorat Kemahasiswaan UGM, UGM Residence, UKM, serta berbagai komunitas peduli lingkungan lainnya. Peluncuran ini mendapatkan banyak dukungan dari pihak universitas, yang semakin memperkuat komitmen Lokalogi dalam mengelola masalah sampah di lingkungan kampus.

Pada bulan Juli lalu, mahasiswa prodi Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil, Fakultas Teknik UGM, menjelaskan bahwa Lokalogi berusaha membagikan ilmunya melalui program Event Waste Management (EWM). Program ini dirancang untuk membantu panitia dan peserta dalam memilah serta mengolah sampah selama acara, sebagai bagian dari upaya mereka untuk mengurangi dampak negatif sampah terhadap lingkungan.

“Sebelum kegiatan, biasanya kami juga selalu melakukan pelatihan terlebih dahulu untuk membantu teman-teman mengerti bagaimana memilah sampah dengan benar,” ungkapnya. 

Sejak diluncurkan, Komunitas Lokalogi UGM telah melaksanakan berbagai kegiatan penting. Salah satu kegiatan utama yang dilakukan tahun ini adalah pengelolaan sampah pada acara besar di UGM, yang menunjukkan komitmen mereka dalam mengelola sampah secara efektif dan mendukung keberlanjutan lingkungan di kampus.

“Kami terlibat dalam dua event besar UGM di tahun ini, yaitu Pionir dan Gelex. Pada Pionir, kami mengelola sampah bersama dengan para volunteer sekitar 93 orang, dan pada Gelex dengan 144 orang anggota, ” ungkap Yudhistira. 

Ia menjelaskan bahwa pada acara Gelex, Lokalogi menerapkan konsep reduce waste to landfill, yaitu pendekatan untuk mengurangi secara signifikan jumlah sampah yang terbuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dalam acara tersebut, Lokalogi memastikan bahwa titik-titik tempat sampah terpilah dengan baik, serta memberikan edukasi kepada sekitar 10.000 pengunjung setiap harinya.

Sampah plastik dan kertas menjadi jenis sampah yang paling dominan, yang kemudian masuk ke dalam kategori sampah anorganik. Lokalogi membagi sampah tersebut ke dalam tiga kategori utama: organik, anorganik, dan residu.

"Sampah organik, yang mencakup sisa makanan dan bahan-bahan biologis lainnya, digunakan sebagai pakan untuk makhluk hidup atau diolah menjadi kompos. Sampah anorganik, yang terdiri dari plastik, kertas, dan logam, diserahkan kepada mitra daur ulang seperti Daur C, Torsi, dan Duitin. Sampah residu, yaitu sampah yang tidak dapat didaur ulang, dikumpulkan dan dikelola oleh pihak ketiga seperti PIAT." Jelasnya.

Lebih lanjut, Yudhistira mengatakan bahwa tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitasnya adalah meningkatkan kesadaran di kalangan mahasiswa dan masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah.

“Kami masih menemui banyak mahasiswa yang kurang peduli terhadap pengelolaan sampah, terlebih pada mahasiswa yang membuat acara-acara besar di UGM. Beberapa dari mereka  masih sering meninggalkan sampah sembarangan setelah acara, panitia nya pun kurang memberikan regulasi pengelolaan sampah. Itu yang menjadi tantangan sekaligus motivasi kami,” lanjutnya.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Komunitas Lokalogi UGM merencanakan berbagai inisiatif edukasi dan pelatihan. Mereka berencana untuk mengadakan lebih banyak program pelatihan, seperti Forum Group Discussion, guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pemilahan sampah.

“Tujuan kami adalah untuk membagikan ilmu kepada mahasiswa dan masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sampah dan meningkatkan partisipasi mereka,” jelasnya. 

Mengenai masa depan komunitasnya, Yudhistira dan tim Lokalogi memiliki harapan besar untuk menjadi contoh dan pionir dalam pengelolaan sampah. Komunitas Lokalogi UGM bertekad untuk terus berinovasi dalam cara-cara pengelolaan sampah dan berkontribusi pada perubahan positif di lingkungan sekitar mereka.

 “Kami berharap ke depan, setiap kegiatan di UGM dapat mempertimbangkan pengelolaan sampah sebagai bagian integral dari perencanaan acara," ungkapnya.

Editors Team
Daisy Floren
Daisy Floren
Putri Author

What's Your Reaction?

  • Like
    0
    Like
  • Dislike
    0
    Dislike
  • Funny
    0
    Funny
  • Angry
    0
    Angry
  • Sad
    0
    Sad
  • Wow
    0
    Wow