Museum Hakka Indonesia: Menyusuri Jejak Komunitas Tionghoa di Nusantara
Wartakomunitas.com | Jakarta Timur - Saat berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII), luangkan waktu untuk mengunjungi Museum Hakka Indonesia. Museum ini menawarkan kisah mendalam tentang perjalanan panjang dan kontribusi komunitas Tionghoa di Indonesia.
Museum ini memberikan pengalaman edukatif yang memukau. Di sini, Anda dapat menemukan informasi tentang tokoh-tokoh Tionghoa bersejarah, ragam kuliner khas, seni budaya, serta adaptasi dan perkembangan komunitas Tionghoa di Indonesia sepanjang waktu.
Menurut papan informasi museum, pada 1277, Perdana Menteri Dinasti Song Selatan, Wen Tianxiang, memimpin lebih dari 800 sukarelawan dalam perjuangan melawan pasukan Yuan dan berhasil merebut kembali kota Meizhou. Namun, pada 1279, ia kalah dalam pertempuran di Yashan, yang mengakhiri Dinasti Song Selatan.
Salah satu sukarelawan, Zhuo Mou dari Songkou, bersama sepuluh pemuda lainnya, melarikan diri dengan menyeberangi samudera hingga tiba di Borneo (Kalimantan). Zhuo Mou dipercaya sebagai orang Hakka pertama yang hijrah ke Nusantara, menandai awal dari sejarah panjang komunitas Hakka di wilayah ini.
Perjalanan Migrasi dan Peran Komunitas Hakka
Komunitas Hakka mengalami migrasi besar-besaran dari Guangdong dan Fujian selama ratusan tahun, didorong oleh faktor seperti penindasan politik, tekanan ekonomi, dan perlawanan terhadap Dinasti Yuan dan Qing. Pada 1407, kehadiran Laksamana Zheng He membuka jalur penyinggahan di Sambas, Surabaya, dan Palembang, sehingga meningkatkan migrasi orang Hakka.
Pada abad ke-18, mereka telah memainkan peran penting dalam perekonomian, khususnya di sektor tambang emas dan timah di Kalimantan. Salah satu tokoh penting, Luo Fangbo, mendirikan "Lanfang Company," yang memperkuat eksistensi komunitas Hakka di wilayah ini. Selama lebih dari 700 tahun, orang Hakka telah menjadi bagian integral dari sejarah dan budaya Nusantara.
Fasilitas dan Ruang Pamer Museum
Museum Hakka Indonesia, yang diresmikan oleh Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 30 Agustus 2014, berdiri di atas lahan seluas 5.000 meter persegi. Museum ini terdiri dari tiga lantai:
- Lantai Pertama: Menampilkan foto-foto sejarah, termasuk dokumentasi pertemuan Ketua Hakka Indonesia, Sugeng Prananto, dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
- Lantai Kedua: Merupakan Museum Tionghoa Indonesia dengan tujuh ruangan, yang mencakup sejarah kedatangan orang Tionghoa, profesi mereka di masa kolonial, kontribusi tokoh-tokoh Tionghoa, hingga kesenian seperti opera dan potehi.
- Lantai Ketiga: Memperlihatkan kebudayaan Hakka melalui koleksi alat-alat pertanian, barang-barang tradisional seperti kebaya peranakan, dan replika rumah adat Hakka.
Informasi Kunjungan
Museum Hakka Indonesia berlokasi di kawasan TMII. Tiket masuk TMII seharga Rp 25.000 per orang, sementara tiket masuk museum ini gratis. Museum buka setiap hari Selasa hingga Minggu, pukul 09.00-16.00 WIB, menjadikannya destinasi edukatif yang layak dikunjungi oleh semua kalangan.
Kunjungan ke Museum Hakka Indonesia adalah kesempatan untuk memahami lebih dalam sejarah, budaya, dan kontribusi komunitas Tionghoa di Nusantara, sekaligus menikmati suasana museum yang nyaman dan kaya nilai budaya.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow