Mengenal Komunitas Kesinian, Tidak Hanya Berkarya Namun Berani Suarakan Kritik Sosial

Wartakomunitas.com | Kulon Progo - Sejak bediri dari tahun 2009, komunitas kesinian terus menunjukkan eksistensinya dalam dunia seni, khususnya seni rupa.

Komunitas ini menjemla menjadi wadah bagi seniman, perupa hingga penghobi seni rupa yang terus menerus berkembang, dengan usia yang sudah 15 tahun, kini anggotanya sudah ratusan orang.

"Awal dulu hanya 14 orang, dan hanya saya saja yang punya backgound akademi seni rupa," ucap inisiator Komunitas Kesenian Teguh Paino.

Teguh menyampaikan, keberadaan komunitas ini berawal dari rasa jengah dengan komunitas sebelumnya yang tunduk pada aturan OPD penyelenggara pameran seni.

OPD tak membebaskan seniman dalam menyeksrpresikan diri untuk membuat karya.

Akhirnya mereka memutuskan, membuat komunitas tandingan Kelompok Kesinian Kulon Progo.

"Sebelumnya sudah banyak karya kami, tetapi sesudah mencentuskan kesinian, kami berpartisipasi dalam sebuah acara," ucapnya

Seakan sarat makna, nama kelompok ini secara tidak langsung menyinggung kelompok sebelumnya yang tunduk dengan OPD dalam berkarya.

Di tahun 2010 komunitas ini, mengikuti acara bertaraf internasional bernama Bienale.

Mereka mengikutkan hasil karya, ke pameran, dan mendapatkan respon luar biasa dari masyarakat luas.

Setiap tahunnya, komunitas ini selalu mengadakan kegiatan yang memberikan gebrakan luar biasa.

Di tahun 2015, komunitas ini kembali membuat gebrakan dengan mengikuti kegiatan Biennale Jogja 13. Festival bertaraf internasional ini mengangkat tema equator tanah.

Komunitas ini menggandeng Kalurahan Giripeni untuk merealisasikan karya seni.

Mereka menkonsepkan karya seni dengan tema "Lemahku Kekuatanku".

Bentuk karya seni diwujudkan dengan berbagai karya seni, seperti lukisan, instalasi seni, dan penciptaan tradisi kontemporer.

"Saat itu menjadi viral, karena disoroti dunia dan di ekspose ke media sosial," ucapnya.

Festival internasional itu cukuo banyak mendompleng pamor komunitas ini.

Lantaran, karya mereka cukup dikagumi serta bisa dinikmati masyarakat luas. Terutama pada instalasi seni yang ikonik, berupa gapura lumbung padi dan kinciran angin.

Hingga saat ini, masih terdapat bangunan ikonik yang dilihat langsung di sawah selatan Kalurahan Giripeni.

Tak hanya berkarya, komunitas ini juga berperan pada pergerakan sosial, melalui berbagai karya.

Di tahun 2017, mereka mengkritik wacana pembangunan Disneyland di Kulon Progo, sekaligus memberikan respon sosial pada rencana pembangunan YIA.

Melalui pameran karya seni instalasi di ruang publik, Komunitas Kesini@an membuat pameran Disinilain.

Mengusung konsep kritik sosial terhadap perkembangan zaman, isu pembangunan, dan isu pertambangan besi.

Mereka cukup keras menyuarakan kritik mereka dengan sebuah karya seni berbahan organik, sperti bambu, dan daun kelapa kering.

"Instalasinya berbentuk tangan yang mencoba menjaga Kulon Progo yang divisualkan dengan Patung Nyi Ageng Serang," ujarnya.

Alumni FSR ISI 2001 ini menjelaskan, karya instalasi yang mereka buat merupak bentuk perlawanan atas tindakan yang akan merampas Kulon Progo.

Karya tersebut juga divisualisasikan denga kehadiran capung yang menyimbolkan keberadaan bandara yang akan segera dibangun.

Pameran ini juga menjadi sorotan banyak orang. Lantaran, hasil karya yang sarat dengan kritik.

Bahkan pameran itu, dikunjungi GBPH Yudhaningrat dengan sambutan dukungan terhadap kritik sosial yang dilakukan para seniman.

"Setiap tahunnya kami selalu mengadakan kegiatan akbar, seperti pameran dan terus dilakukan hingga saat ini," ucapnya.

Komunitas yang sudah mengakar di Kulon Progo ini, terus menunjukkan eksistensinya. Hingga saat ini telah menelurkan puluhan seniman muda baru yang membawa visi yang sama denga komunitas ini.