Wartakomunitas.com | Ekonomi Bisnis - Konglomerat Prajogo Pangestu sukses menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia versi Forbes. Namun siapa sangka ia memiliki kisah panjang dalam merintis karier dan bisnisnya.

Berdasarkan laporan Forbes Real Time Billionaires, Selasa (14/11/2023), kekayaan Prajogo ditaksir mencapai US$ 37,7 miliar atau setara dengan Rp 591,89 triliun (kurs Rp 15.700/dolar AS). Kekayaannya ini membuatnya tidak hanya berada di peringkat satu daftar orang kaya di RI, tapi juga orang paling kaya ke-32 di dunia.

Dalam catatan detikcom pria kelahiran 13 Mei 1944 di Sambas, Kalimantan Barat ini merupakan putra seorang pedagang karet. Karena kondisi ekonomi keluarganya, ia hanya bisa menamatkan SMP. Prajogo lantas berpikir untuk mencari pekerjaan.

Sempat mengadu nasib ke Jakarta, tetapi belum berbuah hasil yang baik kembalilah dia ke kampung halaman. Saat kembali itulah, Prajogo sempat bekerja menjadi sopir angkot.

Setelah beberapa saat menjadi sopir angkot, Prajogo mengawali kariernya di dunia bisnis pada tahun 1960an, di mana nasibnya berubah saat bertemu dengan pengusaha kayu asal Malaysia, Bon Sun On tau Burhan Uray.

Pertemuan dan hubungannya dengan Burhan Uray membuat Prajogo akhirnya memiliki karier di PT Djajanti Group pada 1969. Tujuh tahun kemudian, Burhan pun mengangkat Prajogo menjadi general manager (GM) di pabrik Plywood Nusantara, Gresik, Jawa Timur.

Usai berkarier di PT Djajanti Group, dalam laporan Forbes dijelaskan Prajogo Pangestu memulai bisnis kayu pada akhir 1970-an.

Saat itu Prajogo mengajukan pinjaman dari bank, dia membeli CV Pacific Lumber Coy yang kala itu sedang mengalami kesulitan keuangan. Kemudian perusahaannya berganti menjadi PT Barito Pacific Lumber.

Perusahaannya go public pada tahun 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada tahun 2007. Gurita bisnis Prajogo tidak hanya di industri perkayuan, bisnisnya berkembang luas di bidang petrokimia, minyak sawit mentah, hingga properti.

Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70% dari perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.

Lalu pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia. Perusahaan Thaioil mengakuisisi 15% saham Chandra Asri pada Juli 2021. Mereka memulai mengembangkan situs petrokimia kedua pada 2022.

Setelah perusahaan pertambangan batu baranya Petrindo Jaya Kreasi go public pada Maret 2023, Pangestu mencatatkan saham perusahaan energi terbarukan Barito Renewables Energy (BREN) enam bulan kemudian pada Oktober 2023.

Dalam catatan detikcom lainnya, selain BREN, Prajogo juga sempat mencatatkan saham emiten PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN). Berkat melantainya dua emiten inilah kekayaan Prajogo mengalami peningkatan yang sangat besar hingga membawanya jadi orang terkaya di RI.

Saham BREN tercatat melonjak sebesar 435% sejak pertama kali mencatatkan diri di BEI pada 9 Oktober 2023. Dari harga perdana Rp 975 per lembar saham, saham BREN kini sudah di level Rp 5.225 per lembar saham.

Sementara CUAN melonjak 145% dalam rentan waktu satu bulan. Pada 10 Oktober lalu CUAN diperdagangkan di level Rp 2.850, namun kini sudah di level Rp 7.000 per lembar saham. Jika ditarik dalam periode 3 bulan saat harga CUAN masih Rp 1.815, emiten ini menguat sebesar 285.67%.