Debat Kandidat Sarolangun: Panggung Retorika Hampa, Panelis Ala Kadarnya
Wartakomunitas.com | Sarolangun - Debat kandidat Pilkada Sarolangun kemarin sukses memberikan satu hal: hiburan komedi gelap. Alih-alih menjadi ruang serius untuk membahas masalah-masalah mendesak yang membelit Sarolangun, acara ini berubah menjadi parade retorika tanpa substansi, didukung penuh oleh panelis yang entah dipilih berdasarkan kompetensi atau sekadar "kenal-kenalan".
hemat penulis” ada beberapa hal seharusnya menjadi fokus masalah, lingkungan akibat tambang ilegal? Kriminalitas? Narkoba? Infrastruktur berbasis komunitas? fokus pada human development index? ekonomi kerakyatan dan lainlain, kenapa demikian terjadi karena tim panelis tidak paham situasi kondisi yang terjadi di kabupaten sarolangun baik itu isu sosial maupun kebutuhan regenerasi.
Kemudian soal tema debat, mari kita akui: itu lebih cocok jadi bahan diskusi ditongkrongan dari pada sebuah diskusi publik yang serius. Isu-isu fundamental seperti kerusakan lingkungan akibat tambang ilegal. Padahal Sarolangun hariini ada pada masa kecemasaan baik itu dampak kriminal, maupun lingkungan, menunggu kehancuran ekologis dan sosial jika masalah-masalah ini terus diabaikan.
juga pada masalah infrastruktur pun tak luput dari ironi. Pasar Bawah, Pasar Atas, hingga kawasan Gunung Kembang adalah wajah Sarolangun yang kusam. Apakah ada diskusi tentang bagaimana mengubah tempat-tempat ini menjadi pusat ekonomi kerakyatan yang hidup? Tidak. Malah, pembangunan ruang terbuka hijau yang seharusnya menjadi prioritas hanya disinggung sepintas lalu. Panelis dan kandidat seperti sepakat: lebih baik bicara abstrak daripada berurusan dengan realitas.
lanjut pada isu peningkatan kualitas SDM nyaris tidak disentuh. Pendidikan, kualitas guru, fasilitas memadai bagi murid, pelatihan teknis, beasiswa bagi siswa berprestasi dan pengembangan seni budaya seolah bukan prioritas. yakin dan percaya regenerasi sarolangun terus menerus terjadi degradasi kepemimpinan yang tertinggal karena kurangnya perhatian pada pendidikan dan keterampilan? Panelis yang dihadirkan, dengan segala hormat, tampaknya tidak punya kapasitas atau bahkan minat untuk menggali isu ini lebih dalam.
debat ini seharusnya menjadi bagian proses demokrasi, tapi malah terasa seperti formalitas saja. Panelis yang hadir lebih mirip penghias panggung daripada pengarah diskusi. Kandidat pun tidak dipaksa untuk menunjukkan kecakapan mereka menghadapi masalah riil. Jika ini adalah cara KPU Sarolangun menyelenggarakan debat, mungkin mereka perlu mengganti slogannya: *"Dari Rakyat, oleh Nepotisme, untuk Pencitraan."*
Saatnya KPU Sarolangun bercermin, fokus pada substansi menciptakan ruang ruang publik dengan gagasan serta ide, pilih panelis yang benar-benar sesuai dengan bidangnya, dan pastikan debat menjadi ajang diskusi serius yang mengupas akar masalah, supaya kesejahteraan rakyat benar di bicarakan dan di perjuangankan.
What's Your Reaction?
-
Like
-
Dislike
-
Funny
-
Angry
-
Sad
-
Wow